Membeli pangan yang aman adalah tujuan utama konsumen. Kriteria yang digunakan konsumen sering berbeda dengan dengan ahli pangan. Seringkali kenampakan yang menarik dan potongan harga menjadi kriteia utama dalam pemilihan bahan baku atau produk pangan.
Bahan pangan kadaluarsa yang diberi sentuhan pencucian, pemanasan, pewarnaan, pemanasan dan berbagai perlakuan lainnya sering dipasarkan layaknya bahan pangan yang “aman” dan murah. Daging yang dicuci menggunakan pemutih dan direndam dalam darah segar akan terlihat seperti daging segar. Ikan kakap hitam yang dicelup ke pewarna merah akan terlihat sebagai ikan “kakap merah” berharga murah. Ikan yang sedang mengalami otolisis dijual dalam bentuk olahan siap saji, sehingga menimbulkan selera bagi konsumen untuk membelinya.
Potongan harga juga sering menarik minat konsumen untuk membeli bahan atau produk pangan yang sebenarnya sudah mengalami kemunduran kualitas. Potongan harga, Up to, Cuci gudang, atau “Gratis digoreng” merupakan istilah yang sering terlihat di pasar swalayan untuk memancing minat konsumen membali bahan atau produk pangan.
Untuk mendapatkan bahan atau produk pangan yang aman dikonsumsi, sebaiknya konsumen memiliki bekal pengetahuan yang memadai mengenai bahan atau produk pangan. Pengetahuan tersebut meliputi :
1. Karakterisik Bahan atau Produk Pangan
Pengetahuan mengenai karakteristik bahan atau produk pangan berkualitas merupakan langkah awal untuk mendapatkan bahan atau produk pangan yang aman dikonsumsi. Karakteristik bahan dan produk pangan dapat diketahui berdasarkan sifat fisik, kimiawi, biologis dan organoleptik.
Langkah awal untuk menentukan karakteristik bahan atau produk pangan dapat dilakukan berdasarkan karakteristik organoleptik. Selain hasilnya cepat diketahui, keuntungan lainnya tidak memerlukan peralatan dan bahan kimia. Panca indera yang dimiliki sudah memadai untuk menilai karakteristik bahan atau produk pangan.
Kenampakan dan aroma merupakan langkah awal yang dapat digunakan untuk menentukan karakteristik bahan atau produk pangan yang masih aman dikonsumsi, tanpa perlu menyentuhnya. Apabila terlihat perut ikan sudah pecah, matanya keruh cekung atau hilang, atau berbau kurang sedap, sebaiknya urungkan niat untuk membelinya.
Meningkatnya jumlah lendir merupakan indikator menurunnya kesegaran ikan. Namun perlu diingat bahwa ikan gabus akan segera melepas lendirnya saat baru ditangkap, namun belum mengalami penurunan kesegaran. Lendir di permukaan tubuh ikan bertambah banyak, berubah warna menjadi keruh. Pada kondisi lebih lanjut, akan hilang aroma khas ikan dan mulai timbul aroma busuk.
2. Batas Kadaluarsa
Masih ada konsumen yang mau mengkonsumsi meskipun produk pangan sudah kadaluarsa atau mendekati kadaluarsa. Periksalah tanda-tanda telah terjadinya penurunan kesegaran atau pembusukan pada bahan atau produk pangan. Meskipun batas kadaluarsa belum terlewati, adanya tanda-tanda penurunan kesegaran atau pembusukan sebaiknya dianggap ancaman serius untuk mendapatkan pangan yang aman.
Bau busuk, kemasan yang sobek, menggelembung atau berkarat merupakan indikator bahwa bahan atau produk pangan sebaiknya tidak dikonsumsi lagi, meskipun belum melampaui batas kadaluarsa.
Hindari mempertaruhkan kesehatan dan jiwa atas kecerobahan dan ketidaktelitian saat membaca informasi pada kemasan.
3. Mencermati Informasi pada Kemasan
Informasi pada kemasan merupakan media komunikasi antara produsen dan konsumen. Biasakan untuk membaca informasi tersebut secara cermat. Saran penyajian, bahan yang terkandung dan cara penyimpanan merupakan contoh informasi yang dapat diperoleh pada kemasan.